Makalah Tentang Sumpah Pemuda
TUGAS
MEMBUAT LAPORAN
TENTANG
SUMPAH PEMDA
Guru Bidang
Studi:
BRIGITIA
YUNITA,S.Pd
SMK KRISTEN
AGAPE PATRIA SOSOK
DISUSUN
OLEH :
EFI VANIA
WENI
KRISTINA
LIUNA PRATAMA
JOSSI
YESAYA
HIBERTUS
JUWANDA
NADRINUS
JORDI
DOMINIKUS
ARI
-------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis Panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
berkat serta ajaran kasih-Nya, makalah tentang Sumpah Pemuda ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya, ucapan terima kasih yang mendalam tidak lupa
juga kami haturkan kepada Ibu Brigita Yunita,S.Pd selaku guru bidang studi yang telah memberikan kesempatan dan waktu, sehingga
kami bisa belajar sedikit tentang sejarah Sumpah Pemuda.
Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis
juga ingin menyampaikan permohonan maaf, manakala dalam penyusunan makalah ini
masih ditemukan hal-hal yang kurang lengkap, oleh sebab itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, agar dalam penyusunan
makalah-makalah berikutnya bisa lebih disempurnakan. Akhir kata kiranya Makalah
ini dapat berguna bagi pembaca semuanya.
Hormat
Kami
Tim
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
...............................................................................................
|
i
|
|
Daftar Isi
.........................................................................................................
|
ii
|
|
Bab I
|
PENDAHULUAN
......................................................................
|
1
|
1.Latar Belakang
.........................................................................
|
1
|
|
Bab II
|
PEMBAHASAN
..........................................................................
|
2
|
1.Tonggak Sejarah
Perjuangan Nasional .....................................
|
2
|
|
2.Pengagas Kongres Sumpah
Pemuda .........................................
|
5
|
|
3.Makna Sumpah Pemuda
............................................................
|
8
|
|
4.Nilai-Nilai Sumpah Pemuda
.....................................................
|
10
|
|
Bab III
|
PENUTUP
...................................................................................
|
13
|
1.Kesimpulan
...............................................................................
|
13
|
|
2.Saran
.........................................................................................
|
13
|
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai
pemuda yang berjuang demi Indonesia dengan cara berprestasi mengharumkan nama
Indonesia. Terlepas dari itu semua,pada jaman sebelum kemerdekaan pemuda mengahargai
negeri ini dengan cara rela mati demi kemerdekaan indonesia yang saat itu
tengah dijajah oleh kaum nonpribumi. Kegigihan pemuda kala itu dapat
menghasilkan sebuah kemerdekaan bagi Indonesia dengan cara membuat organisasi
pemuda sehingga menghasilkan “sumpah pemuda”.
Sumpah pemuda adalah sebuah ikrar dari para pemuda
yang dijadikan bukti otentik bahwa pada tangga 28 oktober 1928 bangsa Indonesia
dilahirkan. Oleh karena itu sudah seharusnya segenap rakyat Indonesia
memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia. Proses
kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang
selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu,
kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu
untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang
Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia
hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus
1945.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tonggak
Sejarah Perjuangan Nasional
Salah satu tonggak sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
adalah Sumpah Pemuda yang selalu diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Namun
momen penting ini tidaklah berdiri sendiri, Sumpah Pemuda merupakan hasil dari
serangkaian perjuangan-perjuangan Bangsa Indonesia sejak ribuan tahun silam
dalam usaha membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
Seperti kita ketahui bersama, sebelum 1928, perjuangan
telah dimulai sejak abad ke-17, dimana waktu itu perlawanan-perlawanan secara
fisik dari berbagai daerah muncul akibat kekejaman dan penindasan kaum
penjajah. Tak heran, kalau di tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung Hanyokrokusumo,
Raja Mataram berani menyerang kompeni hingga ke Batavia.
Tahun 1662 – 1669 Sultan Hasanuddin, Raja Gowa XVI
juga mengadakan perlawanan mengusir penjajah di Makasar. Lalu 1817 di Ambon ada
Pattimura, kemudian 1825 -1830 terjadi Perang Diponegoro, demikian pula di
Sumatera, Tuanku Imam Bonjol memimpin perlawanan pada tahun 1824 hingga 1837.
Perlawanan lainnya pun muncul dengan tujuan yang sama mengusir penjajah dari
bumi Indonesia.
Akan tetapi sangat disayangkan, perjuangan tersebut
tidak membawa hasil yang diharapkan karena politik devide et impera yang
diterapkan Belanda waktu itu mampu menaklukkan semua perlawanan. Belanda mampu
menaklukkan hampir seluruh wilayah nusantara sehingga bangsa ini semakin
mengalami penderitaan panjang.
Sadar akan hal tersebut, para pemuda Indonesia yang
memiliki semangat dan jiwa patriotisme kemudian melakukan bentuk perlawanan
dalam bentuk yang lain. Mereka melawan – bukan dalam arti fisik – melalui
organisasi Budi Oetomo yang didirikannya pada 20 Mei 1908. Momen ini kemudian
dijadikan sebagai tonggak sejarah kebangkitan pemuda Indonesia dalam pergerakan
kebangsaan Indonesia, yang kemudian diakui sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Beberapa tahun kemudian tepatnya 1911 muncul Sarekat
Islam yang didirikan oleh HOS Tjokroaminoto. Setahun kemudian namanya diubah
menjadi Sarekat Dagang Islam. Selain itu di tahun yang sama, berdiri pula
Indische Partai yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu Danudirdja Setia Budi,
Ki Hajar Dewantara dan Tjipto Mangunkusumo. Tujuan politiknya sangat jelas
yaitu untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Ketiga tokoh ini
kemudian dibuang karena dianggap membahayakan kelangsungan Pemerintah Hindia
Belanda melalui tulisan-tulisannya yang tajam di surat kabar. Demikian pula
gerakan dan aksi-aksi yang mereka lakukan.
Organisasi-organisasi lain pun kemudian bermunculan,
namun belum memberikan harapan yang menggembirakan. Mereka tetap tak mampu
menghadapi dan memberikan perlawanan berarti disebabkan perjuangan yang mereka
lakukan masih sendiri-sendiri.
Setelah menyadari kondisi seperti itu, keadaan pun
lalu berubah. Para pemuda kemudian berfusi, menyatukan diri dan mengusung rasa
kebangsaan yang selama ini belum tersentuh. Ini kemudian melahirkan Kongres
Pemuda Indonesia I pada tahun 1926. Waktu itu cita-cita persatuan menjadi
tujuan utama, namun masih belum dapat diwujudkan secara nyata.
Rasa kebangsaan dan persatuan itu mencapai puncaknya
dengan kemunculan pemuda Soekarno, anggota Jong Java. Ia terus mengobarkan rasa
persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai landasan untuk mencapai kemerdekaan.
Pemuda yang kemudian terkenal dengan julukan Bung Karno ini mendasarkan
perjuangan mencapai kemerdekaan pada kekuatan sendiri, anti kapitalisme dan
imperialisme serta non-cooperation atau tak bersedia bekerja sama dengan Hindia
Belanda.
Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia,
maka diadakan Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta pada tanggal 27 – 28
Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh berbagai perhimpunan pemuda yang ada di
Indonesia. Dalam sidang ketiga, 28 Oktober 1928 itulah kemudian dicetuskan
Sumpah Pemuda yang sangat terkenal hingga sekarang.
Sumpah Pemuda sebagai tonggak sejarah perjuangan yang
bersifat nasional, meliputi seluruh wilayah nusantara mencapai cita-cita
bersama. Pada Kongres ini pula diperkenalkan lagu kebangsaan Indonesia Raya 3
stanza oleh Wage Rudolf Supratman.
Kata-kata keramat yang dicetuskan dalam Kongres II
Pemuda Indonesia tersebut terus mengakar dalam diri setiap anak bangsa.
Perjuangan terus berlanjut, perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda pun
tak berhenti hingga mencapai puncak dengan diproklamasikannya Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Rasa kebangsaan, persatuan dan kesatuan harus tetap
kita jaga dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda. Jangan sampai kerja keras
para pemuda pada masa perjuangan dahulu terbuang percuma dengan kondisi Bangsa
Indonesia di masa sekarang.
Kalau dulu kaum penjajah yang memecah belah bangsa
Indonesia, bukan tidak mungkin persatuan dan kesatuan yang selama ini kita bina
terkoyak oleh ulah bangsa sendiri. Bahasa Indonesia yang selama ini diakui
sebagai bahasa persatuan rusak justru oleh perilaku bangsa sendiri.
2. Pengagas Kongres Sumpah Pemuda Pertama
Siapa penggagas Kongres Sumpah Pemuda pertama kali?.
Ya, adalah Mohammad Tabrani Soerjowitjitro. Dia merupakan tokoh penting di
balik terselenggaranya Kongres Sumpah Pemuda Pertama tahun 1926. Mohammad
Tabrani Soerjowitjitro, wafat pada 1984. Tidak cuma menggagas terselenggaranya
kongres tersebut, namun ia juga kemudian menjadi ketuanya.
Saat masih hidup, banyak yang memintanya menuliskan
pengalaman dan apa yang diketahuinya perihal kongres, yang kemudian mengantar
terjadinya Kongres Pemuda 1928 yang momumental tersebut. Tapi Tabrani selalu
menolak. Sikapnya baru mencair ketika pada 1973, Sudiro, bekas Wali Kota
Jakarta, memintanya. Maka Tabrani pun menuliskan pengalamannya dalam buku 45
Tahun Sumpah Pemuda. Buku ini diterbitkan pada 1974 oleh Yayasan Gedung-gedung
Bersejarah Jakarta.
Menurut Tabrani, laporan kongres yang berjudul Verslag
van Het Eerste Indonesisch Jeugdcongress (Laporan Kongres Pemuda Indonesia
Pertama) yang diterbitkan oleh Panitia Kongres telah dimusnahkan Belanda. Ia
mengetahui kabar itu ketika tengah bersiap meninggalkan Tanah Air untuk
berangkat ke Jerman. Tapi, untunglah, sebelumnya ia telah mengirimkan salinan
laporan itu ke Museum Pusat dan sejumlah media massa.
Pada 1973 Tabrani menemukan dokumen kongres itu di
Museum Pusat yang kini bernama Museum Nasional. Menurut Tabrani, untuk
mengelabui pemerintah Belanda, saat itu ia melakukan sejumlah trik kala
kongres. Beberapa orang sengaja ia perintahkan mengobrol dengan kepala polisi
rahasia dan sejumlah pejabat Belanda yang hadir. Tujuannya, agar mereka tak
sempat menyimak pidato peserta kongres.
Persiapan Kongres Pemuda Pertama dilakukan pada 15
November 1925 di gedung Lux Orientis, Jakarta. Hadir lima organisasi pemuda dan
beberapa peserta perorangan. Organisasi itu Jong Java, Jong Sumatranen Bond,
Jong Ambon, Pelajar Minahasa, dan Sekar Roekoen. Tabrani mewakili Jong Java.
Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan membentuk panitia Kongres Pemuda
Indonesia Pertama. Tujuan kongres tersebut, adalah menggugah semangat kerja
sama di antara bermacam-macam organisasi pemuda di tanah air, supaya dapat
diwujudkan dasar pokok lahirnya persatuan Indonesia, di tengah-tengah bangsa di
dunia. Panitia kongres terdiri atas 10 orang, di antaranya Bahder Djohan,
Sumarto, Jan Toule Soulehuwij, Paul Pinontoan, dan Tabrani. Dari sini lantas dibentuk
panitia inti dengan komposisi pengurus meliputi Ketua Tabrani, wakil ketua
Sumarto, sekretarisDjamaludin (Adinegoro), dan bendahara Suwarso.
Kongres Pemuda Pertama itu kemudian digelar di Jakarta
pada 30 April 1926 hingga 2 Mei 1926. Berbagai persoalan dibahas dalam kongres
ini. Bahder Djohan, misalnya, menyampaikan materi “Kedudukan wanita dalam
masyarakat Indonesia”. Tapi, lantaran terlambat datang dari Bandung, akhirnya
materi tersebut dibacakan Djamaludin. Adapun Paul Pinontoan membahas peranan
agama dalam gerakan nasional.
Dalam kongres yang memakai bahasa Belanda itu
dibicarakan pula soal bahasa persatuan. Muhammad Yamin, yang membahas “Masa
depan bahasa-bahasa Indonesia dan kesusastraannya”, menyatakan hanya dua
bahasa, Jawa dan Melayu, yang berpeluang menjadi bahasa persatuan. Namun Yamin
yakin bahasa Melayu yang akan lebih berkembang sebagai bahasa persatuan.
Djamaludin sependapat dengan Yamin. Menurut Tabrani,
peserta kongres saat itu sepakat menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Namun Tabrani menentang. Menurut Tabrani, kalau nusa itu bernama Indonesia,
bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasa itu harus disebut bahasa Indonesia
dan bukan bahasa Melayu, walaupun unsur-unsurnya Melayu. Pendapat ini diterima
Yamin dan Djamaludin. Keputusan menetapkan bahasa persatuan itu pun ditunda dan
akan dikemukakan lagi dalam Kongres Pemuda Kedua.
Sayangnya, ketika kongres kedua berlangsung, Tabrani
dan Djamaludin sedang berada di luar negeri. Tabrani juga disebut-sebut
berperan mengubah rumusan Sumpah Pemuda. Sewaktu disepakati, sumpah itu,
terutama butir ketiga, berbunyi: “Menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”. Rumusan populer sekarang:”Mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia”.
Menurut Keith Foulcher dalam Sumpah Pemuda, Makna
& Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan Indonesia (Komunitas Bambu, cetakan
II, 2008), pergeseran itu tidak terjadi begitu saja. Foulcher merujuk pada
Kongres Bahasa 1938. Ketika itu, kata Foulcher, Tabrani menyampaikan topik
“Mendorong Penyebarluasan Bahasa Indonesia”. Saat itu ia memberikan argumen
bahwa bahasa Indonesia tidak beroposisi terhadap bahasa daerah, tapi
merepresentasikan “Sumpah Kita”.
Ia kemudian menyampaikan satu rumusan baru:
Kita bertoempah
tanah (sic) satu, jaitoe tanah (sic) Indonesia,
Kita berbangsa
satoe, jaitoe bangsa Indonesia,
Kita berbahasa
satoe, jaitoe bahasa Indonesia
Tabrani lahir di Pamekasan, Madura, 10 Oktober 1904.
Setelah menamatkan pendidikan di MULO Surabaya, dia masuk AMS di Bandung dan
kemudian OSVIA, juga di Bandung. Sejak di MULO ia aktif di Jong Java. Meski
menuntut ilmu di sekolah calon pamong praja, Tabrani lebih berminat pada
jurnalistik. Pada 1926 ia sudah memimpin harian Hindia Baroe bersama Haji Agus
Salim. Selepas Kongres Pemuda Pertama, ia berkeliling Eropa, hingga 1931,
mencari pengalaman jurnalistik. Ia, antara lain, mengunjungi London, Berlin,
Koln, dan Wina. Sembari membantu koran-koran Belanda, seperti Het Volk dan De
Teleraaf. Setelah pulang ke Tanah Air, ia mendirikan Partai Rakyat Indonesia
dan menerbitkan majalah Revue Politiek. Beberapa tahun kemudian, ia memimpin
harian Pemandangan.
Dalam Kongres Persatoean Djoernalis Indonesia Kelima
di Solo 1939, Tabrani terpilih sebagai ketua. Di zaman Jepang, ia memimpin
koran Tjahaja di Bandung. Pada zaman Jepang ini pula ia pernah dijebloskan ke
penjara Sukamiskin. Ia disiksa hingga kakinya cacat, pincang.
Lepas dari penjara, Tabrani memimpin Indonesia Merdeka
yang diterbitkan Jawa Hokokai. Saat Indonesia merdeka, ia sempat mengelola
koran Suluh Indonesia, milik Partai Nasional Indonesia.
3. Makna Sumpah Pemuda
Dimana sejarah mencatat bahwa perubahan negeri ini
banyak dipengaruhi oleh pemuda. Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda berasal
dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang kemudian dikenal sebagai
momentum Sumpah Pemuda. Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 menjadi sejarah
dan juga sebuah bukti bahwa pemuda memiliki semangat yang tinggi dalam upaya
perbaikan negerinya.
Semangat baru ini dikobarkan para pemuda ditengah masa
penjajahan. Dengan satu tujuan mencapai cita‐cita negara
Indonesia yang berdaulat. Berbagai peristiwa mewarnai perjuangan mereka dan
rela berkorban hanya untuk mengedepankan persatuan, kesatuan, dan tujujan
kemerdekaan. Pada saat itu, orang berbicara tentang pentingnya kesatuan, karena
melihat kondisi kehidupan masyarakat terpecah‐pecah oleh
kolonialisme Belanda.
Ketika akhirnya tebentuk negara Indonesia pada tahun
1945, dan pada masa pembentukan itu Indonesia mengalami krisis kesatuan dan
kebangsaan. Era yang dalam bentangan sejarah disebut masa demokrasi‐liberal, yang ditandai dengan berbagai pemberontakan
daerah dan mengakar kuatnya partai politik. Masa‐masa yang
dilalui dari era demokrasi terpimpin, orde baru, hingga reformasi. Rentang
waktu sejarah perjalanan bangsa indonesia sudah cukup panjang.
Dan kini, kita sebagai generasi penerus perlu
merenungi kembali makna sumpah pemuda dengan jiwa dan semangat kebangsaan serta
keinginan bersatu yang tinggi. Tapi apakah ikatan kita sebagai sebuah bangsa
sudah kuat dan kokoh. Ini perlu jadi renungan para tokoh bangsa. Ketika tanah
air ini aman‐aman saja, apakah semangat nasional
jadi luntur, semangat kebangsaan ikut memudar ?
Pada kenyataanya, banyak kaum muda saat ini yang
mencoreng dirinya sendiri sebagai generasi penerus bangsa sebagai sosok yang
tidak berguna dengan pergaulan yang dilarang dalam agama dan hukum, seperti
pecandu narkoba, dan bertindak semaunya tanpa berfikir rasional. Banyak alasan
yang mereka kemukakan sebagai pembelaan diri, tetapi sebagai kaum pemuda yang
menjadi harapan bangsa harus selalu melihat kedepan dengan segala kemampuanya
berusaha dengan sebaik mungkin dan menjadi kebanggaan baik didalam keluarga
atau masyarakat, juga mengabdi kepada agama dan bangsa.
Demokrasi yang kita jalani sekarang bisa memberikan
berbagai dampak positif dan negatif, apabila tak diikuti dengan kesadaran
semangat kebangsaan yang tinggi, tentu saja demokratisasi tidak membuat kita
terpecah.
Semangat dan jiwa Sumpah Pemuda perlu digelorakan
kembali dalam jiwa kaum muda sekarang. Masa depan bangsa ini terletak pada etos
kerja dan semangat kaum muda. Dalam sejarah bangsa manapun di dunia, kaum muda
tetap menduduki posisi penting pada setiap perubahan. Sumpah Pemuda
berkumandang, gelora dan semangat kaum muda dituntut di masa sekarang, dengan
tujuan memperbaiki kondisi ekonomi bangsa dan mensejaterakan rakyat Indonesia.
Bangkit dan Berjuanglah Pemuda Pemudi Indonesia........!
4. Nilai-Nilai Sumpah Pemuda dan Persatuan
a. Nilai-Nilai Sumpah Pemuda
Sejarah merupakan modal awal untuk mencari bagaimana
wajah Indonesia di masa depan. Sumpah Pemuda sebagai peristiwa historis juga
menjadi salah satu kekuatan untuk membangun kepribadian bangsa. Kekuatan itu
berupa nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Maka, amat disayangkan
jika nilai-nilai luhur dalam Sumpah Pemuda tidak digali, diperkenalkan, dan
disebarluaskan bagi generasi muda saat ini yang adalah generasi penerus bangsa.
Oleh karena itu, penulis ingin menggali, memperkenalkan, dan menyebarluaskan
nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Sumpah Pemuda sehingga mendorong
generasi muda untuk melestarikannya.
Nilai-nilai itu antara lain:
1. Kebersamaan dan persaudaraan
Penderitaan akibat penjajahan menimbulkan rasa
kesamaan nasib yang semakin mempererat tali persaudaraan para pemuda. Rasa
kebersamaan dan persaudaraan itu membuka kesadaran bahwa perbenturan
kepentingan individu dapat menimbulkan keretakan yang justru merugikan mereka
sendiri. Oleh karena itu, dalam proses hingga perumusan Sumpah Pemuda, rasa
kebersamaan dan persaudaraan menjadi landasan utamanya.
2. Toleransi
Rasa toleransi dari para pemuda sangat tampak ketika
para pemuda terbuka pada kemajemukan dan keberagaman. Mereka memberi tempat
pada pluralitas. Dan, mereka tidak terbelenggu pada eksistensi agama, suku, dan
lokalitas kedaerahan. Dengan mengembangkan sikap toleransi yang tinggi para
pemuda berhasil mengikrarkan Sumpah Pemuda.
3. Tanggung jawab dan disiplin diri
Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat pengucapan
janji, tetapi amatlah jauh lebih berharga bila janji itu ditepati oleh para
pemuda. Dan, ternyata memang benar para pemuda menepati janji itu. Terbukti
dengan perubahan cara berpikir dan tindak mereka. Dulunya perjuangan mereka
masih terbelenggu pada kedaerahan dan kesukuan, tetapi setelah Sumpah Pemuda,
berubah menjadi perjuangan nasional. Hal tersebut memperlihatkan rasa tanggung
jawab dan disiplin diri yang tinggi dari para pemuda dulu untuk memenuhi janji
mereka.
4. Wawasan
Sumpah Pemuda membuka wawasan para pemuda tentang
betapa luas dan beragamnya suatu wilayah yang bernama Indonesia. Selain itu,
konsep tentang suatu negara yang dulunya hanya milik beberapa orang yang
terpelajar, menjadi pemahaman bersama para pemuda yang hadir saat konggres itu.
5. Nasionalisme
Adanya kebersamaan perasaan senasib, kedekatan fisik
atau non fisik, terancam dari musuh yang sama, dan punya tujuan yang sama yaitu
kemerdekaan, mendorong bangkitnya nasionalisme pemuda. Nasionalisme Indonesia
dapat mengatasi ikatan primordial (lokalitas, suku, ras, dan agama) sehingga
nasionalisme Indonesia lahir sebagai sebuah ikatan bersama. Nilai-nilai sumpah
pemuda yang penulis telah paparkan merupakan bekal pendiri (pemuda jaman itu)
yang tak ternilai harganya untuk mengangkat semangat juang, rasa percaya diri,
dan optimisme bangsa (pemuda) untuk menghadapi tantangan saat ini. Tentunya,
nilai-nilai yang diuraikan di atas dilandasi oleh sikap-sikap yang mendukung,
seperti saling menghargai, saling menghormati, saling memperhatikan, setia
kawan, dan sikap mengutamakan dialog untuk menyelesaikan suatu persoalan.
b. Sumpah Pemuda dan Persatuan
Kesatuan dan persatuan harus menjadi basis ketahanan
sebuah bangsa, apalagi bangsa yang sedang berkembang seperti Indonesia dalam
menghadapi arus globalisasi yang makin keras. Konggres Pemuda II tanggal 26 –
28 Oktober 1928 telah berhasil merumuskan ideologi yang berhasil mendasari jiwa
kesatuan dan persatuan, yaitu bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia; berbangsa
yang satu, bangsa Indonesia; dan memiliki bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Satu tanah air, berarti mereka merasa menikmati hidup dalam satu wilayah yang
sama. Bertumbuh dan berkembang dalam tanah yang sama. Mereka sudah tidak
memikirkan bahwa wilayah yang lain memiliki kekayaan alam yang berlimpah
sehingga mengundang kecemburuan sosial. Semua adalah milik bersama dan untuk
bersama.
Berbangsa satu, berarti mereka terlebih dahulu
menanggalkan identitas-identitas primordial seperti etnis, suku, dan ras.
Doktrin-doktrin yang melekat pada suatu kelompok yang merasa memiliki perbedaan
budaya, sejarah, maupun prinsip-prinsip hidup sendiri juga dicoba untuk
dihargai dan dihormati karena memiliki rasa ”berbangsa satu”.
Bahasa persatuan, berarti mereka sudah mempunyai
sarana untuk mengikat persatuan mereka. Suatu persatuan membutuhkan suatu
komunikasi yang terus-menerus. Untunglah hal itu sudah dijembatani oleh bahasa
Melayu yang kemudian diangkat menjadi bahasa Indonesia. Para pemuda menggunakan
bahasa Indonesia dengan bangga tanpa perlu meninggalkan bahasa daerah
masing-masing. Peristiwa Sumpah Pemuda menunjukkan kesatuan dan persatuan
Indonesia terbentuk atas dasar kesadaran bersama bukan paksaan. Jelaslah bahwa
kesatuan dan persatuan amat dibutuhkan bangsa Indonesia untuk mencapai
cita-cita bersama.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sumpah Pemuda sangat besar pengaruhnya bagi bangsa
Indonesia. Rasa persatuan dan kesatuan semakin tebal yang semakin meluas tidak
hanya dikalangan pemuda saja tetapi juga dikalangan masyarakat luas. Sifat
kedaerahan yang sebelumnya sangat kuat menjadi berganti dengan sifat
Nasionalisme yang mengakar pada semangat persatuan untuk terwujudnya bangssa
Indonesia yang merdeka dari belenggu penjajahan.
Sumpah Pemuda juga mempunyai nilai-nilai strategis
yang mendukung ke arah kesatuan dan persatuan bangsa seperti yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Kalau sekarang nilai-nilai itu sepertinya
terabaikan dalam berbangsa, itu adalah kesalahan transformasi nilai. Maka, yang
kita butuhkan di masa depan adalah sejarah sebagai pembelajaran moral untuk
kepentingan kebangsaan. Masa lalu sebagai pengalaman adalah guru dan darinya
kita dapat berefleksi dan memperoleh banyak nilai yang terkandung di dalamnya.
2. Saran
Sebaiknya generasi penerus lebih bisa menyaring segala
bentuk jajahan yang bisa merusak bangsa ini. Salah satu caranya yaitu apabila
pemuda dan masyarakat luas merasa kurang dengan kinerja petinggi negeri ini
maka ikutilah cara sejarah yang sudah tercetak ampuh. Dengan mengadakan kongres
penolakan dan menunjukan kegiatan yang positif dari kongres tersebut. Atau
dengan cara negosiasi secara mufakat agar bangsa ini tidak dikenal sebagai
bangsa yang agresif.
Download File Lengkap Disini
Download File Lengkap Disini